Saturday, June 15, 2013

berpuisi adalah teman terbaik dalam kondisi perasaan apapun

ada kerabat yang penasaran dan bertanya "apa yang membuat kamu tertarik dengan sastra?"
saya cuma bisa jawab "ga tau, waktu dulu banget suka berpuisi, mungkin dari situ kali ya, tapi sekarang udah ga ada waktu"

kenapa saya suka berpuisi? dulu saya beranggapan puisi adalah mantra yang indah, mampu menghipnotis, jadi saya suka, itu saja. ^^

ada cerita yang masih teringat di kepala, saya suka menulis hal-hal yang berbau sastra mungkin sejak masih seragam putih biru, saat masih cupu yang penasaran dengan hal baru. memory space otak yang masih cukup luas menerima semua informasi dari yang penting banget, penting sih, lumayan penting, mungkin penting, bisa dibilang penting, biasa aja, sampai info yang sama sekali ga penting pun masuk memenuhi otak yang masih berwarna merah muda pada saat itu.

asik banget bermain-main dengan kata. bahkan dengannya kita bisa mempengaruhi orang, "Apakah saya bisa?" semua harus dibuktikan dong. setidaknya ada tiga perempuan yang 'terhipnotis' dengan tulisan saya. korban pertama saya panggil saja Ratu, dia perempuan cantik blesteran arab satu tahun lebih muda dari saya. terinspirasi dari reality show tentang orang-orang yang melakukan sesuatu untuk menyatakan perasaan mereka di TV -yang pada akhirnya tahu kalau acara itu semua hanya 'terlihat' sungguhan- saya mulai mengumpulkan kata dan menjadikan satu buah puisi romantis yang menurut saya berlebihan membandingkannya dengan keindahan bumi, matahari dan langit yang berpelangi. puisi bukan masalah saat itu, yang jadi permasalahan adalah sifat saya yang pemalu dan bagaimana cara puisi yang menurut saya romantis ini diterima baik oleh Ratu. akhirnya saya meminta bantuan seorang teman panggil saja Ana. dia teman perempuan yang paling dekat di kelas, ceritalah saya tentang Ratu dan puisi yang saya tulis. dia hanya tertawa dan mengiyakan permintaan saya untuk menyampaikan surat itu.

esok harinya Ana memberi kabar kalau surat sudah diterima ratu.
     "gimana responnya Na?"
     "sip, udah dia baca kok, dia kelihatan seneng tuh, buat aja lagi"
saya seneng dong, merasa tertantang untuk tulis puisi berikutnya. Spidol dan kertas berwarna sudah siap, kata demi kata dirangkai menjadi puisi utuh yang mungkin akan lebih mempesonakan Ratu daripada puisi yang pertama.
    "Nih puisinya, tolong banget ya Na tapi jangan dibaca loh puisinya"
    "Oke siap boss". tidak lama Ana pergi, dia seperti senang membantu, ia bagaikan merpati pos untuk kami.
esok harinya lagi, Ana membawa surat balasan dari Ratu yang intinya dia sangat senang dengan puisi saya dan ingin dibuatkan puisi lebih banyak. saat dari situlah perasaan saya mulai menggebu-gebu untuk memikat hati Ratu. tidak lama saya mulai berkenalan lebih dekat dengan Ratu, sesekali saya main ke rumahnya yang cukup jauh dengan kendaraan umum. Seperti Pejuang cinta yang tidak menghiraukan kendala apapun. ketika pikiran mulai bergantung padanya. membuat saya lupa dengan Ana. suatu saat dia kesal sampai terungkap kenyataan yang dia sembunyikan saat menjadi 'merpati pos' kami. Dia yang membaca puisi pertama saya untuk Ratu, ternyata Ana adalah korban pertama saya dan surat balasan pertama pun ditulis oleh Ana. sejak pengakuan itu Ana pergi menjauh, menjadi dingin dan pemarah mengapus kata petemanan dalam pikirannya tentang saya.

Kembali ke Ratu, dia tidak lebih hanya pengaggum puisi saya. Apakah ada ketertarikan lebih (Cinta) dengan saya? ternyata saya hanya bermimpi indah. puisi memberikan saya sepasang sayap dan membawa terbang tinggi lalu terjun bebas dari ketinggian. saya terlalu berharap Ratu memiliki perasaan yang sama dengan saya.

belajar untuk melupakan, lebih baik saya menulis puisi untuk saya sendiri dirangkum dalam sebuah buku. berpuisi merupakan salah satu obat terbaik dari kesedihan. teman terbaik dalam kondisi perasaan apapun. Siapa perempuan ketiga yang terhipnotis dengan tulisan saya? panggil saja Bee. perempuan pemarah yang menyebalkan dengan rambut keriting yang diikat kebelakang menyerupai sarang lebah tapi cantik. singkat cerita Bee berubah 180 derajat dari perempuan pemarah menjadi sangat perhatian dengan saya. tepat setelah 4 hari saya kehilangan buku kumpulan puisi yang saya tulis. Bee menyatakan perasaannya langsung setelah jam sekolah selesai. hanya saya, Bee dan seorang teman di kelas. saya menjawab "maaf, saya ga bisa" setelah mungkin 10 menit saya berpikir kalau dia cantik tapi sifatnya pemarah, gengsi karena 'ditembak' perempuan duluan, dan lagi-lagi Ratu yang sedikit membuat saya gila. Bee sedikit kecewa tapi ternyata dia lebih bijak dari Ana kami tetap berteman baik setidaknya sampai kami lulus.

dari pengalaman diatas sedikit menyurutkan minat menulis, tapi tetap tidak saya hilangkan sampai sekarang, seperti yang saya ungkapkan tadi berpuisi adalah teman terbaik dalam kondisi perasaan apapun.

No comments:

Post a Comment